Cerita Horor WNA Terjebak di Puncak Rinjani Saat Gempa Lombok
BintangBola - Mendaki Gunung Rinjani sebagai gunung merapi tertinggi kedua di Indonesia menjadi salah satu bucket list bagi Craig Chilton yang berasal dari negara bagian Utah, Amerika Serikat. Alih-alih
menjadi pengalaman menarik, perjalanannya menuju puncak Rinjani,
Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (5/8) lalu malah menjadi cerita
terburuk dalam hidupnya.
Dia menjadi salah satu dari ratusan pendaki yang berada di puncak Rinjani saat gempa berkekuatan 7 skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam. Gempa yang terasa hingga Pulau Bali itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai 200 lainnya.
Dia menjadi salah satu dari ratusan pendaki yang berada di puncak Rinjani saat gempa berkekuatan 7 skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam. Gempa yang terasa hingga Pulau Bali itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai 200 lainnya.
"Pada saat saya mencapai puncak, sudah ada sekitar 150
hingga 200 orang di sana. Jadi terbayangkan kan betapa sangat padatnya
puncak dengan begitu banyak pendaki pada saat gempa terjadi," cerita
Chilton kepada stasiun radio AS, KSL, melalui telepon video, Senin (6/8).
Melansir dari halaman Agen Bola, Wajah Chilton tak bisa menahan senyuman
kegirangan saat pertama kali menginjakkan kaki di puncak Rinjadi kala
itu. Dia pun tak lupa mengabadikan momen bersejarah dalam hidupnya itu
dengan mengambil sejumlah gambar.
Kegembiraannya tak berlangsung lama. Beberapa menit setelah dia memotret, guncangan hebat tiba-tiba terasa seluruh orang yang berada di puncak Rinjani. Dia dan ratusan pendaki lainnya mulai merasa panik.
"Tiba-tiba rasanya seperti ada seseorang yang mendorongmu," ucapnya.
Gempa petang itu menghempaskan Chilton dan pendaki lainnya ke tanah.
"Kepanikan langsung menyelimuti kita semua. Saya pikir gunung merapi itu akan benar-benar meletus dan ini akhir dari hidup saya. Saya pikir momen ini menjadi salah satu cara yang mengakhiri hidup saya," kata Chilton.
Chilton mengatakan guncangan besar terasa hingga 10 detik. Dia melihat orang-orang disekelilingnya terjatuh ke tepi puncak.
"Pada saat itu, saya yakin saya tengah menyaksikan saya dan orang-orang jatuh menuju kematian."
Kegembiraannya tak berlangsung lama. Beberapa menit setelah dia memotret, guncangan hebat tiba-tiba terasa seluruh orang yang berada di puncak Rinjani. Dia dan ratusan pendaki lainnya mulai merasa panik.
"Tiba-tiba rasanya seperti ada seseorang yang mendorongmu," ucapnya.
Gempa petang itu menghempaskan Chilton dan pendaki lainnya ke tanah.
"Kepanikan langsung menyelimuti kita semua. Saya pikir gunung merapi itu akan benar-benar meletus dan ini akhir dari hidup saya. Saya pikir momen ini menjadi salah satu cara yang mengakhiri hidup saya," kata Chilton.
Chilton mengatakan guncangan besar terasa hingga 10 detik. Dia melihat orang-orang disekelilingnya terjatuh ke tepi puncak.
"Pada saat itu, saya yakin saya tengah menyaksikan saya dan orang-orang jatuh menuju kematian."
Dia memaparkan begitu guncangan berhenti, dia
bersama pemandunya langsung berlari menuruni gunung. Gempa susulan
sempat terasa dalam perjalanan mereka ke bawah namun pemandu Chilton
berhasil membuatnya berlindung di tempat yang aman.
"Di tengah perjalanan itu, saya berpikir bagaimana cara saya bisa kembali memeluk istri saya. Saya juga berpikir apakah anak saya yang berusia 8 tahun sudah cukup dewasa untuk menerima kabar buruk ini," tutur Chilton.
"Saya akan menghindari gunung berapi untuk sementara waktu," kata dia menambahkan.
Di tempat terpisah, James Kelsall (28), mengatakan hal yang paling mengerikan dari gempa tersebut adalah peringatan tsunami yang menemaninya.
"Di tengah perjalanan itu, saya berpikir bagaimana cara saya bisa kembali memeluk istri saya. Saya juga berpikir apakah anak saya yang berusia 8 tahun sudah cukup dewasa untuk menerima kabar buruk ini," tutur Chilton.
"Saya akan menghindari gunung berapi untuk sementara waktu," kata dia menambahkan.
Di tempat terpisah, James Kelsall (28), mengatakan hal yang paling mengerikan dari gempa tersebut adalah peringatan tsunami yang menemaninya.
"Seluruh warga lokal dan turis berlari sambil
berteriak, memakai rompi pelampung. Kami mengikuti mereka ke tempat
yang lebih tinggi-yang merupakan pendakian curam di tengah kegelapan,"
ucap seorang guru asal London, Inggris itu, yang tengah berlibur di Gili
Trawangan saat gempa terjadi.
"Ada banyak orang yang terluka dan cedera di pulau itu menyusul sebagian besar bangunan runtuh saat gempa mengguncang," papar Kelsall.
Hingga Selasa (7/8), sedikitnya 230 gempa susulan tercatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Adapun Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM menyatakan sekitar 1.870 Warga Negara Asing (WNA) dari 2.000 yang tengah berlibur di Lombok, NTB telah berhasil dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.
"Ada banyak orang yang terluka dan cedera di pulau itu menyusul sebagian besar bangunan runtuh saat gempa mengguncang," papar Kelsall.
Hingga Selasa (7/8), sedikitnya 230 gempa susulan tercatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Adapun Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM menyatakan sekitar 1.870 Warga Negara Asing (WNA) dari 2.000 yang tengah berlibur di Lombok, NTB telah berhasil dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar