Vladimir Putin: Donald Trump Tak Sepakat soal Gabungnya Krimea ke Rusia
BintangBola - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin
masih berseberangan dan mengambil sikap "sepakat untuk tidak sepakat"
soal langkah Moskow untuk menganeksasi Krimea dari Ukraina pada 2014
silam.
Hal itu diutarakan Putin usai dirinya melaksanakan dialog tatap muka
tingkat tinggi dengan Trump di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli 2018.
"Sikap Presiden Trump terhadap Krimea sudah jelas. Dan dia tetap bersikukuh atas sikapnya," kata Putin, tepat setelah pertemuannya dengan Trump di Presidential Palace Helsinki, Selasa (17/6/2018).
"Dia (Trump) tetap bersikukuh bahwa itu (langkah Rusia menganeksasi
Krimea dari Ukraina) adalah ilegal. (Sementara) kami (Rusia) punya
pendapat yang berbeda," ia melanjutkan.
Mengomentari soal isu serupa --dalam wawancara terpisah tepat setelah
pertemuannya dengan Putin-- Donald Trump mengutarakan komentar yang
mengisyaratkan "sepakat untuk tidak sepakat".
Namun ia berharap, kedua negara mampu melupakan masa lalu dan bekerja sama untuk ke depannya.
"Hubungan kita (AS-Rusia) tak pernah lebih buruk dari yang pernah
ada. Namun, semua itu telah berubah (usai pertemuannya dengan Putin).
Saya sangat percaya itu," kata Trump.
Sementara itu, dalam perjalanan meninggalkan Helsinki, Donald Trump mengunggah twit sebagai berikut:
"... untuk membangun masa depan yang lebih baik, kita tidak boleh
mengeksklusifkan diri pada masa lalu --sebagai dua negara kekuatan
nuklir besar, kita (AS-Rusia) harus akur! #HELSINKI2018," isi kutipan
twit Trump dalam @realDonaldTrump.
Memicu Tensi
Melansir dari halaman Agen Bola, berbagai
analis politik AS menyebut bahwa Ukraina dan Krimea telah lama menjadi
pemicu tensi tinggi dalam hubungan AS-Rusia. Pemerintah AS menolak
mengakui langkah Rusia menganeksasi Krimea pada 2014 -- menganggapnya
sebagai tindakan ilegal berdasarkan hukum internasional.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, Trump tampak mengisyaratkan melonggarkan sikap atas isu tersebut. Ketika ditanya soal Ukraina-Krimea, Trump hanya mengatakan, "Kami akan melihat apa yang terjadi."
Kendati demikian, cara Trump menyikapi tindakan Rusia di Krimea juga akan berpengaruh pada hubungan aliansi antara AS-Ukraina.
Trump sebelumnya mengejutkan para pejabat dalam pertemuan G-7 pada Juni 2018 ketika dia berpendapat bahwa semenanjung Krimea harus menjadi milik Rusia, karena "orang di sana berbicara bahasa Rusia."
Pernyataan itu secara tajam bertentangan dengan kebijakan AS yang tidak mengakui aneksasi wilayah --semacam yang terjadi di Krimea.
Sejak 2014, Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Krimea. Konflik bersenjata pun masih berlangsung di timur Ukraina, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.
"Perhatian utama Kiev adalah Presiden Trump akan secara sepihak mengakui aneksasi Rusia atas Krimea --secara efektif menjual wilayah itu ke Kremlin," kata Daragh McDowell, analis isu Rusia di Verisk Maplecroft.
Legalitas tindakan semacam itu --dan apakah itu berarti pengakuan resmi kedaulatan Rusia atas semenanjung itu-- tidak jelas, kata McDowell. Namun, itu tentu akan menurunkan moralitas sekutu AS dan memicu ketidakstabilan domestik di Ukraina.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, Trump tampak mengisyaratkan melonggarkan sikap atas isu tersebut. Ketika ditanya soal Ukraina-Krimea, Trump hanya mengatakan, "Kami akan melihat apa yang terjadi."
Kendati demikian, cara Trump menyikapi tindakan Rusia di Krimea juga akan berpengaruh pada hubungan aliansi antara AS-Ukraina.
Trump sebelumnya mengejutkan para pejabat dalam pertemuan G-7 pada Juni 2018 ketika dia berpendapat bahwa semenanjung Krimea harus menjadi milik Rusia, karena "orang di sana berbicara bahasa Rusia."
Pernyataan itu secara tajam bertentangan dengan kebijakan AS yang tidak mengakui aneksasi wilayah --semacam yang terjadi di Krimea.
Sejak 2014, Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Krimea. Konflik bersenjata pun masih berlangsung di timur Ukraina, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.
"Perhatian utama Kiev adalah Presiden Trump akan secara sepihak mengakui aneksasi Rusia atas Krimea --secara efektif menjual wilayah itu ke Kremlin," kata Daragh McDowell, analis isu Rusia di Verisk Maplecroft.
Legalitas tindakan semacam itu --dan apakah itu berarti pengakuan resmi kedaulatan Rusia atas semenanjung itu-- tidak jelas, kata McDowell. Namun, itu tentu akan menurunkan moralitas sekutu AS dan memicu ketidakstabilan domestik di Ukraina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar