Jenderal Iran: Ancaman Perang Trump Akan Menghancurkan Semua yang AS Punya
NovaPoker - Seorang komandan pasukan khusus Iran
telah memperingatkan Presiden Donald Trump, bahwa jika Amerika Serikat
menyerang Iran, semua yang dimiliki Negeri Paman Sam akan hancur.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani, nama komandan tersebut, bersumpah
bahwa jika pasukan AS memulai perang, Republik Islam Iran akan menumpas
habis, demikian seperti yang dilaporkan kantor berita nasional Tasnim.
Dikutip dari halaman Agen Poker, Jumat (27/7/2018), sikap tegas Jenderal
Soleimani itu disampaikan menyusul twit dengan hampir semuanya diketik
dalam huruf kapital, yang diunggah oleh Donald Trump pada awal pekan
ini.
To Iranian President Rouhani: NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 23 Juli 2018
Mayor Jenderal Soleimani yang memimpin Pasukan Quds dari pengawal revolusi elite Iran mengatakan pada Kamis, 26 Juli 2018, bahwa: "Sebagai seorang prajurit,
adalah tugas saya untuk menanggapi ancaman Anda (Trump)."
"Bicaralah padaku, jangan kepada presiden (Hassan Rouhani). Ini bukan
martabat pemimpin kami untuk menanggapi Anda. Jika Anda memulai perang,
kami akan mengakhiri perang. Anda tahu bahwa perang ini akan
menghancurkan semua yang kamu miliki."
Dia juga menuduh Presiden AS menggunakan diksi "klub malam dan ruang perjudian", pilihan kata yang dianggap tak sopan.
Pada akhir pekan lalu, Presiden Trump sempat membuat twit yang mengejutkan, sebagai bentuk kemarahan terhadap Presiden Iran.
Sebagaimana dilansir kantor berita Tasnim, Presiden Hassan
Rouhani sempat mengatakan, "Mereka harus tahu bahwa perdamaian dengan
Iran adalah awal dari semua perdamaian, dan perang dengan Iran adalah
awal dari semua perang."
Akan tetapi, dua hari kemudian, ketika berbicara dengan kelompok
veteran, Donald Trump mengatakan AS "siap membuat kesepakatan nyata"
dengan Iran.
Kontroversi Mundur dari Kesepakatan Nuklir
Pada
Mei, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa AS menarik diri dari
perjanjian nuklir Iran, yang disepakati di era pemerintahan Barack
Obama.
Keputusan Trump itu dinilai kontroversial, dan bahkan ditentang keras oleh sekutu Eropa. Namun, Presiden AS ke-45 itu berdalih bahwa perjanjian terkait dinilai "cacat pada intinya".
Sebagai tanggapan, Iran mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan untuk memulai kembali pengayaan uranium, kunci untuk membuat energi nuklir dan senjata.
Washington kini memberlakukan kembali sanksi terhadap minyak bumi di Iran, ekspor pesawat, dan perdagangan logam mulia.
AS seakan tidak peduli bahwa hal itu ditanggapi keberatan oleh Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman, yang semuanya menandatangani perjanjian nuklir Iran pada 2015 lalu.
Selain menarik diri, AS juga disebut menaruh curiga pada aktivitas nuklir Iran sebagai ancaman yang berisiko merusak perdamaian di Timur Tengah.
Iran telah menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya damai, dan kepatuhannya dengan kesepakatan 2015 telah diverifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional.
Keputusan Trump itu dinilai kontroversial, dan bahkan ditentang keras oleh sekutu Eropa. Namun, Presiden AS ke-45 itu berdalih bahwa perjanjian terkait dinilai "cacat pada intinya".
Sebagai tanggapan, Iran mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan untuk memulai kembali pengayaan uranium, kunci untuk membuat energi nuklir dan senjata.
Washington kini memberlakukan kembali sanksi terhadap minyak bumi di Iran, ekspor pesawat, dan perdagangan logam mulia.
AS seakan tidak peduli bahwa hal itu ditanggapi keberatan oleh Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman, yang semuanya menandatangani perjanjian nuklir Iran pada 2015 lalu.
Selain menarik diri, AS juga disebut menaruh curiga pada aktivitas nuklir Iran sebagai ancaman yang berisiko merusak perdamaian di Timur Tengah.
Iran telah menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya damai, dan kepatuhannya dengan kesepakatan 2015 telah diverifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar